Ranu Kumbolo
Ternyata 2015 sudah sepuluh tahun yang lalu,
perjalanan yang kita lakukan tanpa pikir panjang, asal ada niat dengan uang saku seadanya itu membuatku belajar banyak hal. Teerimakasih banyak untuk Nisa yang sudah mau mengajakku bersama teman - temanmu, juga terimakasih kepada Alm. Dimas yang mau begitu saja ku ajak kesana.
Saat ini aku sangat merasa ingin kesana, tapi aku takut aku sudah tidak sekuat dulu, aku sekarang lebih sering menangis, aku juga lebih sering marah, aku tidak seperti yang kita bicarakan dulu bahwa kita akan melakukan petualangan lagi. Aku sekarang merasa sendiri dan kesepian, padahal aku berada di tempat ramai.
Aku rindu kalian semua, aku rindu duduk di teras perpustakaan berdiskusi terkait tugas kuliah, aku rindu membantu menuliskan laporan kuliahmu yang akupun tidak paham maksudnya, juga aku rindu menungu Nisa pulang ke kosan.
Meski sudah sepuluh tahun yang lalu, namun rasanya baru kemarin. Setiap minggu aku melihat jalanan lalu membayangkan sedang mengendarai bis bagong untuk kemalang.
Aku hampir gila menjadi realita, aku tidak bisa menggapai mimpiku. Aku tidak mau bangun dari mimpi yang begitu indah. Bagaimana aku harus menjalani hari ini ? Bagaimana aku akan menjalani hariku kini ? Aku ketakutan. Namun begitu, aku ingat bahwa dulu aku pernah jadi orang yang pemberani, penuh semangat dan optimis.
Sepanjang hidup aku belajar untuk menjadi tangguh, namun kenapa sekarang aku sangat lemah ?
Ah, empat tahun lalu ketika aku ingat malam itu mendapat telepon kalau Dimas Jabrik sudah berpulang, padahal kami masih ingin bertemu dan bepergian bersama. Rasanya duniaku seperti terhenti, salah satu sabahatku berpulang dengan cara yang sangat indah. Saat akan melaksanakan shoat isya. Aku sangat iri dengan caramu pulang. Tapi penyesalan hadir sampai saat ini. Beberapa hari sebelumnya, kamu meminta bantuanku namun aku masih belum bisa membantumu. Biasanya aku tidak menolak, aku mau begitu saja namun entahlah mengapa hari itu mengapa aku menolaknya.
Brik, banyak yang ingin aku ceritakan. Banyak yang ingin aku obrolkan, ternyata gini yaa rasanya. Saat pulang dari ranu kumbolo kamu sangat senang karena sebelumnya tidak menyangka akan bisa kesana dengan asma yang obatnya tertinggal itu. Kamu bilang, ternyata bahagia banget dan itu semua terbayar ketika melihat indahnya ranu kumbolo, nanti kita kemana lagi setelah aku ujian tugas akhir ?
Kamu tahu sekarang Nisa dan aku sudah punya anak laki - laki, aku kuwalahan mengasuhnya. Iya seperti biasa aku selalu mengeluh, tapi bedanya aku tidak dapat solusi darimu lagi. Dan kamu juga pasti tertawa karena akhirnya aku menikah dengan Ibor.
Ranu Kumbolo, sepuluh tahun yang lalu membuat aku ketagihan ke sana lagi, tapi sekarang aku takut kesana.


0 Comments