Mengapa Harus Pergi ke Sekolah ?

by - Juli 23, 2020

Sekolah


Sejak 17 Oktober 2018 tulisan ini udah ada di draft, entah gatau kenapa belum aku publish. Waktu ngulik blog lagi, baru nggeh kalau ini masih di draft. Oke kali ini akan aku publish setelah hampir 2 taun ngendap di draft.

Sekolah adalah sebuah tempat yang bisa bertemu banyak teman sebaya, belajar berbagai hal terutama baca tulis, hitung - hitungan sederhana sampai lanjut, bahkan tak jarang di tempat sekolah biasanya orang bertemu dengan jodoh. Hahahaha

Sejak usia 5 tahun sudah harus pergi ke sekolah, sekolah adalah tempat yang menurutku wajib dikunjungi oleh anak - anak hingga remaja.

Setelah usia 17 tahun, sekolah tinggi dirasa optional karena banyak yang memilih melanjutkan hidup dengan bekerja karena bekerja bisa menghasilkan uang dan membuat kaya kemudian jika kaya bisa dipandang terhormat oleh orang lain. atau malah kadang sebelum 17 tahun sudah harus menikah demi menghilangkan predikat perawan tua, atau merasa menang dari teman - temen kalau udah nikah bisa nanya, "Kon kapan rabi". Ah ini skip ya ga usah dimasukkan hati.

Jujur saja aku pergi ke sekolah karena semua teman sebayaku pergi ke sekolah, dan kalau ditanya apa tujuanku ke sekolah. Tentu saja supaya dapat uang saku. Hahaha karena kalau dirumah saja tidak diberi uang saku. Dan tujuan ke dua adalah supaya bisa bermain di lapangan, dulu aku suka sekali bermain di lapangan, entah bermain volley entah cuma nonton anak bermain volley karena aku tidak jago mainnya sehingga harus nunggu di bangku cadangan. Yaa begitulah tujuan sekolahku dulu.

Setelah lulus MTs, aku diberi kebebasan memilih ke sekolah yang mana. Nah disitu aku harus menimbang matang - matang karena yang aku pilih akan menentukan jalan hidupku. Begitu kata Bapakku waktu itu. Berhubung aku penuh keraguan, akhirnya aku mendaftar di dua SMA sekaligus. Dulu untuk mendaftar sekolah harus di salah satu sekolah, kemudian ikut tes dan Nun dari sekolah sebelumnya juga ikut di pertimbangkan. Kebetulan, aku lolos dua - duanya di SMA yang aku pilih itu. Karena pengumuman di SMA 1 Pare lebih dulu dan aku masih ragu untuk diterima di SMA 2, maka orang tua ku harus membayar uang seragam dan uang gedung (dulu begitu istilahnya uang gedung). Ini adalah salah satu penyesalanku karena harus menyusahkan orang tua dengan membuang - buang uang karena pada akhirnya aku ketrima di SMA 2 dan uangnya tidak bisa diambil serta seragamnya tidak terpakai.

Dari situ aku terus memikirkan kesalahanku, dan berpikir untuk apa aku sekolah disini, kenapa aku harus ke sekolah. Sampai setelah lulus SMA aku pun harus melanjutkan kuliah. Di SMAku mayoritas melanjutkan kuliah adapun yang melanjutkan bekerja dulu kemudian pasti lanjut kuliah di tahun berikutnya berbeda dengan dilingkungan tempat aku tinggal, yang bahkan sekolah SMA saja kadang tidak mau.

Aku gagal di dua kali tes masuk kuliah, aku merasa desperate dan merasa ini adalah balasan karena dulu sudah menyia - nyiakan sekolah yang aku tinggalkan. Lucu sih kenapa ada pikiran kayak gini. Tapi ya namanya overthinking kan boleh - boleh saja.

Oke Next, karena sangat desperate dan aku merasa bodoh, gagal, dan lain sebagainya aku hampir saja minta tidak usah kuliah. buat apa kuliah dan seperti itulah. Karena teman - teman dari MTs dan SMAku yang sangat baik dan mendukung untuk mencari tempat kuliah yang masih buka pendaftaran serta Ibu dan Bapakku yang mendorong aku untuk harus tetap kuliah, beliau berkata kuliah itu penting. Orang kalau kuliah pikirannya terbuka, bisa menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang, bisa mendapatkan banyak networking dari berbagai penjuru daerah di Indonesia, makanya harus kuliah di tempat yang bagus dan diakui nasional meskipun aku adalah anak desa dan kalau bisa kuliahnya yang deket rumah.Ya begitulah kurang lebih nasihatnya waktu itu.

Aku memikirkan bagaimana biaya kuliah, apakah tidak memberatkan Bapak dan Ibuku ? bagaimanakah jika aku gagal dalam kuliah ? dan pemikiran buruk lainnya.

Orang Tua

Semuanya dibantah oleh Bapak dan Ibuku, bagaimanapun juga aku harus kuliah dengan menerima segala keadaan. Kuliah bukan untuk ningkatin gengsi, kuliah juga bukan untuk dipandang orang biar wah (karena di tempat aku tinggal taun aku daftar kuliah dulu masih jarang yang kuliah), kuliah juga bukan untuk membuat diri jadi kaya harta tapi kuliah menjadikan pemikiran lebih terasah, menjadi problem solver atas permasalahan di kehidupan mendatang. Begitulah penjelasan Ibu dan Bapakku yang sungguh diluar angan - anganku. Karena jujur, aku berpikir bahwa kuliah akan selalu memiliki output mendapatkan pekerjaan daripada orang yang tidak kuliah. Se pendek itu pemikiranku tentnag kuliah.

Dan setelah lima tahun lulus kuliah, semua yang diucapkan Bapak dan Ibuku sudah terbukti. Terimakasih Ibu dan Bapkku yang sangat - sangat luar biasa, meskipun tinggal di desa dan jauh dari kota tetapi selalu open minded, berwawasan luas, dan can't describe with any word.

You May Also Like

0 Comments