Ternyata Jogja Istimewa juga

by - November 04, 2020

Photo by Handy Wicaksono on Unsplash

Dua tahun yang lalu, tepat di Bulan November 2019. Aku ke Jogja untuk ikut tes CPNS Kemenkeu bersama teman sekantorku Hamish Daud KW. Kami menginap di Hostel Penak Malioboro, tentu saja beda kamar. Kenapa kami berani dalam satu hotel? Ya karena aku dan dia setiap hari bersama - sama dalam satu rumah. Rumah yang dijadikan kantor lebih tepatnya kantor yang suasananya seperti rumah. Aku udah tau karakter dia seperti apa dan aku yakin dia adalah anak yang taat agama dan orang tuanya jadi kami tidak akan melakukan hal - hal yang tentu saja dilarang Agama. 

Tujuan kami pun sama ikut tes di kementrian yang sama, dan kami berdua sama - sama belum berhasil untuk lolos CPNS taun itu.

Hamish Daud KW mengajak untuk plesiran setelah melakukan test, namun aku menolak karena aku merasa tidak lolos kok malah main. Ya memang terlalu idealis, tapi itulah aku tidak enak dengan orang tuaku yang mendukung dengan sangat untuk aku lolos namun aku mengecewakan mereka.

Saat itu aku merasa Jogja bukanlah kota yang istimewa, meski kata Hamish KW disana istimewa sehingga dia ingin mengunjungi beberapa tempat. Sedangan aku, selain test aku juga ingin berjumpa dengan dua temanku yaitu Samsul dan Jabrik yang kebetulan mereka sedang kuliah di UNY dan di UGM. 

Samsul adalah teman semasa aku MTs dan ketika libur kuliah selalu menyempatkan diri untuk tetap bertemu, sedangkan Jabrik adalah temanku SMA hingga kuliah yang selama kuliah sering berjumpa. Setelah lulus S1 dia melanjutkan S2 Teknik Mesin di UGM sedangkan Samsul yang saat itu seingatku kuliah di Pendidikan Sosiologi UNY yang selain kuliah dia belajar mengenai kehidupan masyarakat Bantul, karena sepulang dari sana aku merasa ada perbedaan signifikan darinya seperti dia sekarang lebih suka bertani dan berbudaya Jawa. Salut banget dengan kedua sohibku ini, meskipun samsul kuliah S1nya ditempuh 7 tahun atau level 14 namun dia benar - benar belajar tentang hidup, pendidikan dan budaya yang tidak semua orang bisa bahkan aku sendiri juga tidak bisa melakukannya. Untuk Jabrik, dia selalu mengagumkan di setiap perjuangannya. Kedua orang ini selalu menginspirasi. Sederhana namun bervalue.

Aku naik kereta bersama Hamish Daud KW dan turun di Stasiun Lempuyangan, aku dijemput Jabrik karena dia tidak bisa menemaniku esoknya dia harus pulang ke Kediri dan aku meninggalkan Hamish Daud KW mencari kendaraan sendiri ke penginapan. Bukannya aku tega tapi aku sudah lama tidak berjumpa dengan Jabrik. Saat seperti biasa, selalu asyik ngorol apa saja dengan Jabrik. Dia bisa memberikan pendapat dari berbagai sudut pandang dan tidak asal menilai dari satu atau dua sisi. Sangat singkat waktu itu, dan kita berencana untuk bertemu kembali saat sudah di Kediri atau di Malang. Selain bertemu melalui chat wasap. 

Samsul harus menempuh sekitar satu jam untuk bisa bertemu denganku, padahal dia sedang sangat sibuk di Bantul. Seperti yang aku bilang, Dia sangat inspiratif apalagi jika menyangkut pertemanan. Alhamdulillah aku memiliki teman - teman yang baik, ini semua berkat doa Ibu dan Bapakku. 

Setelah Test aku bertemu dengan Samsul, berjalan - jalan ria di Malioboro tentu saja kami bertiga dengan Hamish Daud, Samsul dan Aku. Meskipun berjalan biasa dan melihat pertunjukkan di monumen aku lupa namanya. Ada acara Sekaten juga di alun - alun waktu itu. 

Samsul bagaikan tour guide kami. 

Aku senang bisa bertemu mereka lagi di kota itu. Namun perasaanku saat itu belum menganggap bahwa Jogja Istimewa karena masih ndredeg menunggu hasil Tes.

Karena sudah larut malam aku dan besok aku harus berpisah dengan Hamish Daud KW . Aku naik kereta sendiri, ke Jombang sedangkan Hamish naik kereta ke Malang. Akhirnya kami harus berpisah dengan Samsul. Tentu saja kami berjanji untuk bertemu lagi kalau sudah di Kediri. Eh salah, aku dan Samsul tidak mengucapkan Kediri tapi Pare dan Medowo. Hahaha 

Dengan Jabrik, ketika dia sudah selesai S2, beberapa kali berencana untuk bertemu namun sayangnya selalu ada halangan dan belum bisa bertemu sampai 4 Juli 2020 Malam. Aku ditelpon Ijak bahwa Jabrik sudah meninggal. Aku sangat tidak percaya dengan hal itu, padahal esoknya ada hal yang ingin aku sampaikan ke dia. Aku tidak percaya apapun yang dikatakan kalau Jabrik memang sudah meninggal. Sampai pada akhirnya Chibi menelponku dan memberi kabar bahwa ini adalah benar. 

Chibi adalah salah satu sohibul dimalang yang saat itu setiap hari bersamaku dengan Jabrik. Selain itu Chibi rumahnya juga dekat dan mereka satu SMP tentu saja kabarnya tidak akan bohong. 

Rasanya masih tetap saja tidak percaya, aku tidak bisa menjelaskan perasaanku waktu mendengar kabar itu. Sampai saat ini, aku sulit percaya. Kehilangan satu sahabat yang sangat berarti dalam hidupku selama ini. 

Setiap melewati jalur yang biasa aku dan Jabrik lewati, rasanya tidak mungkin ini terjadi kepadanya. Tapi aku mengimani bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. Dan cara Jabrik berpulang membuatku iri, dia berpulang saat sholat Isya dengan posisi masih sholat. Subhanallah, semoga khusnul khotimah. Dan ketika aku ingin bertemu dengan dia saat ini hanya bisa mengiriminya Al - Fatihah. Serta berusaha untuk berbuat baik kepada siapa saja yang aku temui, dan pesan Jabrik kepadaku adalah "Lek ngomong dipikir disik Mbah, Aja asal ceplas - ceplos gak kabeh iso ngerteni".

Tadi pagi saat aku berangakat kerja, aku teringat dia dan merasa ternyata Jogja istimewa sekarang. 

Sayangnya foto - foto waktu itu sudah tidak ku simpan karena memori hpku rusak dan tidak bisa terbaca lagi, namun aku masih mengingat dengan jelas kenangan dan alur cerita waktu itu. 

You May Also Like

0 Comments